Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pdf
Keterampilan membaca
berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui
membaca. Oleh karena itu, keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan
baik sejak dini.
Dalam Forum
Pendidikan Dunia yang diselenggarakan di Korea Selatan, Organisasi untuk
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic and Development,
disingkat OECD) melaporkan bahwa negara-negara Asia menempati lima besar dalam
peringkat sekolah berprestasi, namun tidak termasuk Indonesia yang menempati
urutan 10 terbawah.
Guru memiliki peran
penting dalam memotivasi peserta didik untuk belajar, sehingga dalam
melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan yang komprehensif
serta progresif agar guru bisa memotivasi rasa ingin tahu peserta didik dan
memicu mereka untuk berpikir kritis. Dalam pengembangan pembelajaran ini, guru
harus mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar yang ada secermat mungkin. Guru
harus mendorong peserta didik untuk membaca buku-buku yang berkualitas, karena
membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan peserta didik
untuk menjadi kreatif dan berdaya cipta.
Atas kondisi itulah,
dibutuhkan suatu terobosan serius dan strategi yang kreatif dalam memberikan
pelayanan pendidikan literasi yang berkualitas. Untuk menyelaraskan pemahaman
tentang literasi, kita membutuhkan sebuah petunjuk teknis yang dapat menjadi
rujukan pelaksanaan kegiatan literasi di SLB. Semoga petunjuk teknis ini dapat
memberi arah bagi tercapainya peningkatan kapasitas sekolah sebagai wadah
pengembangan literasi yang sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik yang
sangat beragam.
Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Pdf
A. Tujuan
Gerakan literasi di
SLB bertujuan untuk menciptakan iklim literasi SLB, yang meliputi: a)
lingkungan fisik sekolah
(ketersediaan fasilitas, sarana
prasarana literasi); b) lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan
partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi
SLB, dan c) lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).
B. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini
berisi penjelasan pelaksanaan kegiatan literasi di SLB yang terbagi pada jenjang
SDLB, SMPLB, dan SMALB untuk untuk masing-masing kelainan: Tunanetra (A),
Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), dan Autism (F).
C. Sasaran
Petunjuk teknis ini
ditujukan bagi guru sebagai pendidik dan pustakawan sebagai tenaga kependidikan
untuk membantu mereka meningkatkan kapasitas literasi peserta didik di
lingkungan sekolah. Selain itu, kepala sekolah perlu mengetahui isi petunjuk
teknis ini guna memfasilitasi guru dan pustakawan untuk menjalankan peran
mereka dalam kegiatan literasi sekolah.
D. Konsep Dasar Gerakan Literasi Sekolah
Pada dasarnya
kegiatan literasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan
menulis. Akan tetapi, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa
literasi tidak hanya berkaitan dengan dua aktivitas tersebut. “Literasi juga
mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa,
dan budaya” (UNESCO, 2003).
Secara sederhana,
dalam konteks peserta didik, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi
merupakan cara peserta didik mengakses, memahami, dan menggunakan informasi
yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.
Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat
partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali
murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat
yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku
kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. GLS diluncurkan untuk menjawab
kualitas kemampuan membaca peserta didik yang rendah berdasarkan hasil PIRLS
dan PISA. Selain itu, utamanya untuk menginternalisasikan nilai-nilai budi
pekerti melalui isi teks yang dibaca peserta didik.
GLS merupakan suatu
gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh
untuk mewujudkannya adalah dengan langkah awal berupa pembiasaan membaca
peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan selama 15 menit dengan membaca
(nyaring, dalam hati, terpandu, dsb., yang disesuaikan dengan konteks atau
target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan
diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (ada tagihan berdasarkan
Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan
reseptif maupun produktif. GLS diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah,
pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan,
dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.
Literasi lebih dari
sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan
sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di
abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Ferguson
(www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan komponen: Literasi Dasar
(Basic Literacy), Literasi Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media
(Media Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy), dan Literasi Visual
(Visual Literacy). Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan
seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan
perannya sebagai warga negara global (global citizen).
Dalam pendidikan
formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru
sebagai pendidik, tenaga kependidikan, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk
memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Selain itu,
diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang keberpihakannya jelas
tertuju kepada komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan
dengan kelima komponen literasi akan menentukan kesiapan peserta didik
berinteraksi dengan literasi visual. Sebagai langkah awal, diperlukan perubahan
paradigma semua pemangku kepentingan agar lingkungan literasi tercipta.
Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Pdf
Selengkapnya,
Silahkan Unduh Gratis Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Pdf Pada Tautan Di Bawah Ini:
Demikian Penyampaian Panduan
Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pdf, Jika Anda Tidak Bisa Mendownload
File Ini, Silahkan Anda Berikan Komentar Pada Kotak Komentar Di Bawah Artikel,
Terima Kasih.
Posting Komentar untuk "Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pdf"
Gambar ataupun video yang ada di situs ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut.