Manfaat Dan Tantangan Pembelajaran Menggunakan Metode Flipped Classroom
DAPODIK.co.id - Manfaat Dan Tantangan Pembelajaran Menggunakan Metode
![Manfaat Dan Tantangan Pembelajaran Menggunakan Metode Flipped Classroom](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlQpc99gbRjEGJ5EK3A2t9Fis-Hd-WWUY9lb0HPv540wrjdido5S7F-r3D68yVBnh3NplnHNHj-jcLNzrhMjVjcEvm9Beds8UfVttz_R9H-sELv-_hcvYavnRUmgZvmK_g1xIc2tnDwCHV/w400-h213/Manfaat+Dan+Tantangan+Pembelajaran++Menggunakan+Metode+Flipped+Classroom.png)
Flipped
Classroom. Metode flipped classroom, dibagi menjadi tiga
kegiatan yaitu, sebelum kelas dimulai (pre-class), saat kelas
dimulai (in-class) dan setelah kelas berakhir (out of
class). Sebelum kelas dimulai, peserta didik sudah mempelajari materi yang
akan dibahas, dalam tahap ini kemampuan yang diharapkan dimilki oleh peserta
didik adalah mengingat (remembering) dan mengerti (understanding)
materi.
Dengan
demikian pada saat kelas dimulai peserta didik dapat mengaplikasikan (applying)
dan menganalisis (analyzing) materi melalui berbagai kegiatan
interaktif di dalam kelas, yang kemudian dilanjutkan dengan mengevaluasi (evaluating)
dan mengerjakan tugas berbasis project tertentu sebagai kegiatan setelah kelas
berakhir (creating).
Manfaat Dan Tantangan
Pembelajaran Menggunakan Metode Flipped Classroom
Metode
flipped classroom membawa dampak yang terasa bagi pengajar maupun peserta didik
baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa manfaat yang
ditawarkan oleh metode Flipped Classroom ini. Berikut
adalah beberapa manfaat dari metode ini:
1. Mengubah peran pengajar dan
peserta didik
Salah
satu manfaat utama dari metode flipped classroom adalah
memberi peserta didik lebih banyak tanggung jawab untuk pembelajaran mereka
sendiri. Di luar kelas, peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri untuk dapat menyerap ilmu. Mereka dapat
mengatur waktu ataupun tempat yang paling nyaman untuk mereka belajar. Mereka
juga dapat mengulang apabila ada materi yang masih mereka belum pahami. Oleh
sebab itu pembelajaran menjadi lebih berpusat pada peserta didik (students-centered
learning). Selain itu, flipped classroom memungkinkan
pengajar untuk mendedikasikan lebih banyak waktu di kelas untuk kegiatan
pembelajaran yang menarik dan interaktif atau proyek yang sifatnya lebih
menekankan pada praktik.
2. Pembelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Dengan
lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk praktik di kelas kegiatan proyek,
pengajar memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengamati siswa mereka dalam
memahami suatu materi, serta dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
mereka. Pada kelas tradisional, fokus pengajar akan berpusat pada peserta didik
yang aktif dan selalu merespon pertanyaan pengajar. Sedangkan, mereka yang
pasif dan kurang memahami materi akan sulit mengejar ketertinggalan. Pada
metode flipped classroom, pengajar akan lebih fokus pada peserta
didik yang mengalami kesulitan sedangkan peserta didik yang dapat menerapkan
materi dengan baik diminta untuk bekerja secara mandiri atau membantu temannya
yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi atau diesebut juga sebagai peer-tutoring.
Hal ini dapat memastikan pelajaran dipersonalisasi dan tugas dibedakan untuk
setiap peserta didik.
3. Peserta didik memiliki
kepercayaan diri dan keterlibatan dalam pembelajaran lebih tinggi.
Peserta
didik lebih banyak mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri,
sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan belajar individual yang lebih
efektif. Ketika menghadapi suatu masalah dalam proses belajar, mereka harus
mencari solusi dan menyelesaikan masalah tersebut secara independen.
Kemandirian ini dapat menyebabkan peningkatan kepercayaan diri di kelas yang
dapat berdampak positif pada tingkat keterlibatan peserta didik yang lebih
tinggi (higher level of engagement).
Selain terdapat manfaat, tentu
saja ada juga tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh pengajar maupun peserta
didik. Berikut adalah beberapa tantangan tersebut:
1. Ketika motivasi dan pengaturan
diri (self-regulation) peserta didik masih rendah.
Ketika
terjadi suatu perubahan, tentu saja kita harus mengalami penyesuaian terhadap
perubahan tersebut. Peserta didik akan membutuhkan dukungan untuk dapat
melakukan penyesuaian terhadap konsep pembelajaran flipped classroom ini,
karena konsep ini memerlukan tingkat motivasi dan pengaturan diri
(self-regulation) yang tinggi. Mereka yang sudah terbiasa dengan konsep
pembelajaran konvensional ketika mereka berada di tingkat pendidikan sebelumnya
akan mengalami sedikit hambatan ketika menerapkan konsep flipped
classroom. Sehingga, penyesuaian tersebut harus didampingi dan diarahkan
oleh pengajar.
2. Diperlukan adanya kemampuan
mengelola waktu yang baik
Pengajar
dapat memberikan tips manajemen waktu untuk membantu peserta didik dalam
mengalokasikan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas pra-kelas. Pengajar
tidak dapat mengasumsikan bahwa setiap peserta didik datang ke kelas dengan
kondisi sepenuhnya siap dengan materi yang akan dibahas. Pengajar harus
melakukan tinjauan ulang sejauh mana mereka memahami materi yang sudah diunggah
pada platform digital misalnya dengan menggunakan kuis pada awal perkuliahan
tatap muka. Karena kemampuan setiap peserta didik berbeda satu dengan yang
lainnya, pengajar perlu untuk memastikan bahwa materi yang diberikan cukup baik
sehingga semua peserta didik memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan untuk
menyelesaikan tugas aktif di kelas. Peserta didik, pada akhirnya, akan menyadari
manfaat dari kegiatan pra-kelas.
3. Pengenalan tenaga pengajar
dengan teknologi
Peran
teknologi dalam metode flipped classroom ini sangat besar, sehingga pengajar
diharapkan mampu untuk mengimplementasikan penggunaan teknologi dengan baik,
misalnya mengelola kelas online di sistem manajemen pembelajaran (LMS),
memberikan kuis online, memilih atau membuat materi pembelajaran yang menarik,
serta menyunting video sehingga pelatihan dan dukungan lebih lanjut oleh
institusi mungkin diperlukan saat mereka bereksperimen dengan pendekatan baru
ini. Waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan suatu materi juga lebih banyak,
namun hal tersebut dapat dianggap sebagai investasi karena pada angkatan
selanjutnya apabila pengajar tersrbut mengajarkan materi yang sama,
mereka tidak perlu memproduksi media tersebut kembali, melainkan menggunakan
materi yang sudah ada di ‘bank materi’ mereka.
4. Memastikan peserta didik aktif
pada pembelajaran di luar kelas
Pengajar
harus dapat memonitor siswa selama tahap persiapan asinkron untuk mengukur
apakah mereka dapat mengatasi tugas-tugas yang berorientasi praktik di kelas
nantinya. Untuk dapat melakukan ini, pengajar mungkin perlu memberikan waktu
ekstra untuk mengakses sistem manajemen pembelajaran (LMS) sehingga mereka dapat
tetap mengikuti perkembangan peserta didiknya. Rancanglah tugas yang dapat
melibatkan peserta didik secara aktif dan membimbing mereka menuju hasil
pembelajaran (learning outcomes). Hal ini dilakukan untuk memonitor
pemahaman seperti misalnya tugas membuat catatan (note-taking), atau
membuat forum untuk memungkinkan adanya diskusi seputar materi. Dalam
pendekatan ini, fasilitas internet juga menjadi hal yang esensial dan wajib
ada. Sehingga, peserta didik harus memiliki akses untuk dapat terkoneksi dengan
internet.
Demikian
Postingan Terbaru Terkait Manfaat Dan Tantangan Pembelajaran Menggunakan
Metode Flipped Classroom, semoga artikel yang di buat ini bermanfaat, dan
memudahkan untuk keperluan dan tujuan saudara.
Jika artikel ini kurang jelas dan mungkin masih ada pertanyaan, anda bisa tanyakan pada kolom komentar yang tersedia di akhir postingan ini. Untuk dapat mengikuti berita terbaru dan mendapatkan notifikasi silahkan follow akun www.dapodik.co.id ini. Karena akan menyajikan berita terbaru dan terpopuler di dunia pendidikan, terima kasih.
Posting Komentar untuk "Manfaat Dan Tantangan Pembelajaran Menggunakan Metode Flipped Classroom"
Gambar ataupun video yang ada di situs ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut.