Inilah Sejarah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
DAPODIK.co.id - Inilah Sejarah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Pendidikan Anak Usia Dini atau lebih populer dengan singkatan PAUD merupakan sebuah lembaga atau sekolah formal yang keberadaanya mulai dianggap penting oleh Masyarakat luas (termasuk Masyarakat Desa). berikut ini sejarah paud mengapa ada pendidikan paud dan pentingnya.
Untuk
mengetahui dan memahami sejarah berdirinya Paud di Indonesia beserta
perkembangannya, setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada
masa pergerakan Nasional ketika penjajahan Belanda (1908 – 1941) dan pada masa
penjajahan Jepang (1942 – 1945). Sebelum membahas dua periode perkembangan Paud
di Indonesia, alangkah baiknya kita sedikit membahas orang yang pertama kali
mendirikan lembaga yang sekarang di Indonesia terkenal dengan istilah PAUD.
Inilah Sejarah PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini)
Pelopor PAUD Dunia
Pada
mulanya penddikan semacam PAUD ini muncul di Kota Blankerburg, Jerman pada
tahun 1840 yang diperkenalkan oleh Friedrich Wilhelm August Frobel dengan
mendirikan lembaga yang bernama Kindergarten. Istilah Kindergarten berasal
dari kata Kinder berarti Anak dan Garten berarti
Taman. Istilah Kindergarten ini mempunyai makna ‘Taman Anak’.
selanjutnya istilah Kindergarten juga terkenal dengan sebutan Frobel
School yang identik dengan nama pendiri lembaga tersebut.
Menurut
Frobel, Anak-anak usia dini di ilustrasikan sebagai tunas tumbuh-tumbuhan yang
memerlukan pemeliharan dan perhatian dari ‘Juru Tanam’. dari dapodil.co.id ilustrasi
yang diberikan oleh Frobel, dapat kita simpulkan bahwa sang juru tanam
mempunyai peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tunas
tumbuh-tumbuhan. begitu juga pertumbuhan dan perkembangan anak-akan usia dini
yang sangat membutuhkan peran sang pendidiknya. Berdirinya Kindergarten yang
terkenal juga dengan istilah Frobel School merupakan
tunas bagi pertumbuhan pendidikan anak di seluruh Dunia. Konsep yang di gunakan
Frobel School sangat cepat menyebar ke seluruh Dunia.
Pada
tahun 1907 PAUD
versi lainpun muncul di pemukiman kumuh San Lorenzo, Italia. Maria Montessori
merupakan seorang berlatar belakang Dokter mendirikan Casa Dei Bambini yang
ditunjukan bagi perawatan anak-anak yang berlatar belakang keluarga miskin dan
buruh. Casa Dei Bambini sendiri berarti rumah untuk perawatan anak yang
selanjutnya lebih di kenal dengan sebutan rumah anak.
Inilah Sejarah PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini)
Sejarah PAUD di Indonesia
Untuk
mengetahui dan memahami sejarah berdirinya Paud di Indonesia, setidaknya dapat
ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada masa pergerakan Nasional ketika
penjajahan Belanda (1908 – 1941) dan pada masa penjajahan Jepang (1942 – 1945).
Periode
Pertama; Masa Pergerakan nasional ketika penjajahan Belanda (1908-1941)
Lembaga Kindergarten atau
populer dengan nama Frobel School yang didirikan oleh
Friedrich Wilhelm August Frobel merupakan cikal bakal lahirnya lembaga PAUD di
Indonesia. Konsep lembaga ini di bawa masuk ke Indonesia oleh Pemerintahan
Belanda Hindia untuk pendidikan anak-anak mereka, anak-anak Eropa dan para
bangsawan lainnya. Pada saat itu pemuda pribumi belum dapat merasakan
pendidikan semacam ini. apalagi masyarakat miskin yang belum memahami dan
menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
Pada
saat kebangkitan Nasional yang di awali dengan berdirinya Pergerakan Pemuda
Budi Utomo pada 28 Mei 1908, barulah pemuda pribumi menyadari akan pentingnya
pendidikan anak usia dini. Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak ini di
realisasikan dengan mendirikan Bustanul Athfal pada tahun 1919 oleh persatuan
wanita Aisyiyah di Yogyakarta. pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantoro, sepulang
dari pengasingannya di Belanda selama dua tahun mendirikan Taman Lare atau
taman anak Kindertuin yang berkembang dengan Taman Indria.
Periode
Kedua; Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada
masa penjajahan jepang, pendidikan PAUD terus berlanjut namun semakin berkurang
dari segi kuantitasnya. pada saat itu pemerintahan Jepang tidak mengawasi
secara formal penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD. namun pemerintahan
Jepang hanya melengkapi kegiatan kelas dengan nyanyian-nyanyian Jepang. Sejarah
PAUD di Indonesia dan Perkembangannya. Memahami sejarah PAUD di Indonesia sama
halnya dengan memaharni perjalan panjang dinamika dan pasang-surut pendidikan
di Indonesia.
Kehadiran
PAUD di Indonesia sesungguhnya dimulai sejak sebelum kemerdekaan. Pada masa ini
setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada masa pergerakan
nasional pada penjajahan Belanda (1908-1941) dan masa penjajahan Jepang
(1942-1945). Namun demikian, keberadaan PAUD di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan PAUD di dunia internasional.
Pada
tahun 1840 Friedrich
Wilhelm August Frobel mendirikan Kindergarten di kota
Blankerburg, Jerman, yang merupakan pelopor pendidikan anak usia dini di dunia.
Kinder berarti anak dan garten berarti taman. Menurut Frobel, anak usia dini
diibaratkan seperti tunas tumbuh-tumbuhan, masih memerlukan pemeliharaan dan
perhatian sepenuhnya dari si “juru tanam”.
Berdirinya Kindergarten yang
juga dikenal sebagai Frobel School berpengaruh terhadap perkembangan PAUD di
seluruh dunia. Konsep Kindergarten dengan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia.
PAUD versi lain pun muncul. Pada tahun 1907 di pemukiman kumuh San Lorenzo,
Italia, Maria Montessori, seorang yang berlatar belakang dokter, mendirikan Casa
dei Bambini yang ditujukan bagi perawatan anak-anak dari keluarga miskin
dan kaum buruh. Casa dei Bambini artinya rumah untuk perawatan
anak yang selanjutnya dikenal sebagai Rumah Anak.
Di
Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep ini dan mendirikan Frobel
School bagi anak-anaknya. Seiring dengan kebangkitan nasional yang diawali
berdirinya pergerakan pemuda Budi Utomo, kesadaran akan pentingaya pendidikan
bagi kaum bumi putera semakin dirasakan. Frobel School yang awalnya hanya
diperuntukkan bagi anak-anak keturunan Belanda, Eropa, dan Bangsawan, mulai
dikenal oleh cendekiawan muda pribumi.
Pada
tahun 1919 Persatuan
Wanita Aisyiyah mendirikan Bustanul Athfal yang pertama di Yogyakarta.
Kurikulum dan materi pendidikannya menanamkan sikap nasionalisme dan
nilai-nilai ajaran agama. Bustanul Athfal ditujukan untuk merespon popularitas
lembaga PAUD yang berorientasi Eropa. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantoro,
sepulang diasingkan dari Belanda selama dua tahun (1913 – 1915), mendirikan
Taman Lare atau Taman Anak atau Kindertuin yang akhirnya berkembang menjadi
Taman Indria.
Pada
masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis PAUD, terus berlanjut namun
semakin berkurang. Pemerintah Jepang tidak mengawasi secara formal
penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD, namun melengkapi kegiatan kelasnya
dengan nyanyian-nyanyian Jepang. Periode berikutnya adalah periode setelah
kemerdekaan. Periode ini setidaknya terbagi menjadi 6 periode, yaitu periode
1945-1965; 1965-1998; 1998-2003; 2003-2009; dan periode 2010-sekarang.
Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan
Lanjutan Wanita. Yayasan tersebut mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK
Nasional di Jakarta dan merupakan gerakan nasionalis dalam melawan kembalinya
Belanda. Di era ini pemerintah dan swasta mulai nnembangun banyak TK.
Pada
tahun 1950, melalui
UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah
keberadaan TK resmi diakui sebagai hagian dari sistem pendidikan nasional. Pada
tahun itu pula, tepatnya tanggal 22 Mei 1950 berdiri IGTKI. Pada tahun 1951
berdiri Yayasan Bersekolah Pada Ibu yang menyumbang pendirian TK hingga
menyebar ke luar pulau Jawa.
Tahun
1951-1955, pemerintah
berupaya mengembangkan kurikulum, menyediakan fasilitas, dan mengedakan
supervisi ke TK-TK. Pada perode itu pula didirikan SPG-TK Nasional di Jakarta
dengan pemberian subsidi, dan pengembangannya yang terus berlanjut hingga ke
luar pulau Jawa.
Pada
tahun 1957 berdiri
GOPTKI (Gabungan Organisasi Penyelenggara TK Indonesia) yang melaksanakan
kongres pertamanya pada tahun 1959. Pada awal tahun 1960-an, mulai didirikan TK
yang berstatus negeri.
Tahun
1960-1963, pemerintah
mulai melakukan pengiriman SDM untuk belajar ke mar negeri, diantaranya ke
Australia, USA, dan New Zealand. Dampak dari pengiriman SDM tersebut, terjadi
modernisasi pendidikan di tingkat PAUD berskala besar dan merupakan jawaban
atas ketidakpuasan sebelumnya.
Sebagai
penghujung, di periode tersebut, yaitu tahun 1963-1964 lahirlah Proyek
(Kurikulum) Gaya Baru. Inti kurikulum tersebut berorientasi pada fasilitasi
anak mendekati kecakapan, kebutuhan dan minat individual. Ciri khasnya tersedia
pusat minat (sudut), seperti: sudut rumah tangga, sudut seni, pusat musik, dan
sebagainya.
Pada tahun 1974, diberlakukan kurikulum baru yang merupakan
pembaharuan dari kurikulum 1968. Isi kurikulum meliputi: PMP, kegiatan bermain
bebas, pendidikan bahasa, PLH, ungkapan kreatif, pendidikan olah raga,
pendidikan dan pemeliharaan kesehatan, serta pendidikan skolastik.
Pada
tahun 1984, diberlakukan
kurikulum baru dengan isi kurikulum meliputi bidang pengembangan agama, PMP,
daya cipta, jasmani dan kesehatan, daya fikir/pengetahuan, serta perasaan
kemasyarakatan dan lingkungan. Berlakunya UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang diikuti terbitnya PP No. 27 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Prasekolah, semakin mempertegas cksistensl clan kedudukan pendidikan
prasekolah di Indonesia.
Selanjutnya
pada tahun 1993, diberlakukan
kurikulum TK 1993. Dalam kurikulum 1993 tersebut terdapat dua kegiatan utama,
yaitu: 1) Program pembentukan perilaku, dan 2) Program pengembangan kemampuan
dasar: daya cipta, bahasa, daya pikir, keterampilan dan jasmani.
Terkait
dengan penyiapan pendidik oleh perguruan tinggi, mulai tahun 1979 di IKIP
Jakarta didirikan jurusan Pendidikan Prasekolah dan Dasar jenjang S-1, yang
terselengara hingga tahun 1998 (yang setelah tahun 1998 berubah menjadi Program
S-1 Pendidikan anak usia dini hingga sekarang).
Upaya
lebih luas dalam pengadaan pendidik PAUD oleh perguruan tinggi ‘terjadi pada
tahun 1993/1994-1996/1997 peningkatan kualifikasi guru
prasekolah dari SPG ke D-2 PGTK yang penyelenggaraanya dimulai dari IKIP
Jakarta, IKIP Medan, IKIP Yogyakarta, dan kemudian IKIP Bandung.
Pada
tahun 1998 menguatkan
berbagai upaya di bidang pendidikan anak usia dini, maka diadakan Semiloka
Tingkat Nasional tentang Pendidikan Anak Usia Dini di IKIP Jakarta. Peserta
terdiri dari 10 LPTK dan unsur dinas pendidikan dari seluruh Indonesia.
Periode
1998-2003 ditandai
dengan otonomi pendidikan, yang beipengaruh terhadap tata kelola penanganan
PAUD di pusat maupun di daerah-daerah. Pada periode ini pemerintah mulai
mendukung berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis dalam bentuk
pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu.
Melalui
dukungan Bank Dunia pada 1998-2004 pemerintah merintis program
Pengembangan Anak Dini Usia di 4 propinsi, yaitu Jawa Barat, Banten, Bali, dan
Sulawesi Selatan. Program dilanjutkan pada tahun 2008-2013 dengan nama
program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) dengan dukungan
pembiayaan pinjaman dari Bank Dunia dan hibah dari pernerintah Belanda.
Pada
tahun 2001 dibentuk
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang mengemban mandat melakukan
pembinaan satuan PAUD nonformal. Pada tahun 2002 terbentuk konsorsium PAUD yang
membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan.
Pada
bulan Februari 2002,
terbentuk forum PADU/PAUD tingkat Nasional yang turut berkontribusi dalam
pengembangan dan pembangunan PAUD di Indonesia. Di periode ini pula terjadi
pendirian PGTK/PGPAUD jenjang S-1 di beberapa perguruan tinggi (PGTK S-I di
UPI, PGTK S-1 IKIP Yogyakarta, dll).
Periode
2003-2009, ditandai
dengan keluarnya Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang merupakan jawaban atas tuntutan reformasi dalarn semua aspek
kehidupan. Melalui UU ini untuk pertama kali PAUD diatur secara khusus dalam
sebuah undang-undang, yaitu pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD;
pasal 28 yang secara khusus mengatur tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait
lainnya.
Pada
tahun 2003 diselenggarakan
Seminar dan Lokakarya Nasional (Semiloknas) di IKIP Bandung yang menghadirkan
para akademisi dari perguruan tinggi, forum PAUD, dan praktisi PAUD dari
berbagai daerah. Semiloknas ini menghasilkan `blue print’ tentang kerangka
akadernik dan rujukan pengembangan PAUD di Indonesia yang mengawali
konseptualisasi pembangunan PAUD Indonesia.
Selanjutnya
pada tahun 2005 berdiri organisasi profesi, himpunan pendidik dan tenaga
kependidikan PAUD Indonesia (HIMPAUDI) yang menggerakkan seluruh potensi
pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pembentukan HIMPAUDI di tingkat pusat ini dengan cepat diikuti dengan
pembentukan HIMPAUDI tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pada
tahun 2004-2009 program
PAUD menjadi salah satu dari 10 prioritas program Depdiknas sehingga PAUD
menjadi salah satu program pokok dalam pembangunan pendidikan di Indonesia
(tertuang dalam RPJM Tahun 2004-2009 dan Renstra Depdiknas Tahun 2004-2009).
Pada penghujung tahun 2009, diterbitkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang
Standar PAUD (formal dan nonformal).
Periode
2010-sekarang,
ditandai dengan kebijakan penggabungan pembinaan PAUD formal dan PAUD nonformal
di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal
(PAUDNI) melalui Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah
dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2010.
Pada
perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia, akhirnya terjadi kristalisasi
bentukbentuk satuan PAUD dengan berbagai karakteristiknya yang meliputi TK
(termasuk Taman Kanak-kanak Bustanul Athfal/TK-BA), RA, KB, TPA, Satuan PAUD
Sejenis, serta PAUD berbasis keluarga dan/atau lingkungan.
Inilah Sejarah PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini)
Sejarah PAUD, Lahirnya PAUD
1.
Pendidikan
Abad 18 dan sebelumnya
Istilah
“Kindegarden” atau taman kanak-kanak baru dipakai Froebel tahun 1837 pemikiran
untuk mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak telah ada jauh sebelum itu.
Bebrapa tokoh penting seperti Martin Luther, Comenius, Pestalozzi, Darwin dan
Saguin memberi sumbangan yang tak ternilai untuk menyarankan agar anak
laki-laki sebaiknya di beri pendidikan formal. Hal ini didasarkan atas
penyataan bahwa anak laki-laki pada saat itu merupakan tulang punggung keluarga
yang harus dapodil.co.id mampu menghidupi keluarganya, mendidik, membimbing dan
mengarahkan anak-anaknya. Untuk itu anak laki-laki sebaiknya bisa
membaca, menulis, dan berhitung. Ia juga menyarankan agar musik dan olahraga di
masukkan dalam kurikulum (Frost dan Kissinger 1976).
Tokoh
lain adalah John Comenius (1592-1670) ia menginginkan agar semua anak mendapat
kesempatan belajar di sekolah. Idenya yang cemerlang dan masih dipakai sampai
sekarang adalah kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum) dan
kurikulum yang memberi kesempatan anak untuk belajar pengalaman langsung.
Kurikulum yang terintegrasi tidak memisahkan bidang studi seperti matematika,
sains, ilmu sosial, seni dan bahasa.
Charles
Darwin (1959) menulis buku tentang The Origin of species dimana ia menyatakan
bahwa setiap individu yang adaftif akan survive atau tetap hidup dan
melanjutkan keturunannya. Oleh karena itu agar anak bisa tetap hidup maka ia
harus berlatih beradaptasi dengan lingkungannya. Disamping itu, para pendidik
perlu menyadari adanya perbedaan antar individu yang berdampak pada perbedaan
cara belajarnya.
Jean
jacques Rousseau (1712-1778) ia menuangkan pikirannya tentang paud dalam
novelnya Emile. Ia menuangkan pendapat abhwa anak adalah miniatur oarang dewasa
dan menyarankan agar anak di didik sebagaimana kodratnya. Ia berpendapat bahwa
pendidikan sebaiknya di sesuaikan dengan usia anak. Menurutnya anak usia lahir
sampai lima tahun belajar terbanyak melalui aktivitas fisiknya. Sementara anak
usia lima tahun sampai dua belas tahun belajar melalui pengalaman langsung dan melalui
eksplorasi terhadap lingkungannya.
Johann
Heinrick Pestalozzi (1747-1827) ia menyarankan agar belajar dari benda-benda
riil dan rekreasi serta bermain dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan TK.
Pendidikan TK pada saat itu lebih bersifat keagamaan. Beberapa TK yang tercatat
seperti Ammon School di Amerika Serikat dan Orbelin “Knitting Schools” di
peranci masih menekankan pada pembelajaran membaca, terutama membaca kitab suci
seperti injil. Oleh karena itu taman kanak-kanak di amerika dibawah pengawasan
gereja dan tes pemahaman anak didasarkan atas tingkat pemahaman anak terhadap
ayat-ayat dalam injil (spondek, 1986).
2.
Pendidikan Abad 19
Salah
satu tokoh pendiri taman kanak-kanak yang tenar pada abad ini adalah Friedrich
Wilheim Froebel (1782-1852). Froebel pernah belajar pada pertalozzi. Ia
mendirikan kindegarten( kinder = anak dan garten = taman) di Jerman pada tahun
1837). Yang menarik dari sekolah froebel ini adalah adanya “gift” dan
“occupation”. Gift adalah adanya benda-benda riil untuk sarana belajar anak.
Benda tersebut memiliki bangun geometris yang beragam seperti kubus, prima,
bola dan kerucut sedangkan occupation adalah serentetan aktivitas yang urut.
Contoh lain adalah menata balok menjadi suatu bentuk bangunan. Froebel
dilahirkan dari keluarga yang religius meskipun dapodik.co.id tidak sependapat dengan ayahnya yang
mengajarkan agaman secara dogmatik, konsep pendidikan anak yang ia tawarkan
masih diwarnai oleh pemikiran yang religius. Ia berpendapat bahwa manusia
merupakan pengejawantahan ide dari tuhan. Oleh karena itu tujuan pendidikan
bagi dirinya adalah agar anak dapat memahami kesatuan antara dirinya dengan
orang lai, dengan alam semesta dan dengan tuhannya. Tk model froebel ini terus
memiliki pengaruh yang besar dan berkembang sampai awal seribu sembilan
ratusan. Oleh karena itu, Froebel disebut sebagai Bapak taman kanak-kanak.
Robert
owen (1771-1850) merupakan salah satu tokoh PAUD di Amerika serikat. Ia
termasuk orang yang pindah ke new world. Tahun 1816 ia mendirikan sekolah The Institution
for the formation of character di new lanark, scotlandia. Sekolah owen inidalam
beberapa segi memiliki kesamaan dengan sekolah froebel dan pemikiran pestalozzi
yaitu menekankan agar anak belajar dari benda-benda konkrit. Owen lebih
menekankan pada kegiatan empiris. Menurutnya ilmu pengetahuan di peroleh dari
hasil interaksi anak dengan objek ia juga percaya bahwa sesuatu dikatakan benar
bila sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh karena itu, ia menyediakan berbagai
binatang, tumbuhan serta kunjungan kekebun binatang sebagai bagian dari
kegiatan belajar mengajar di TK nya.
3. Pendidikan
Abad 20
Revolusi
industri pada pertengahan abad 18 memiliki dampak yang sangat besar terhadap
perkembangan TK baik di eropa maupun di amerika. Dengan ditemukannya mesin uap
ini menyebabkan pemikiran masyarakan berubah. Aliran empirisme menekankan
pentingnya pengalaman dan fakta untuk memperoleh pengetahuan. Aliran ini
menggunakan observasi dan eksperimen sebagai dasar memperoleh pengetahuan. Cara
berfikir ini kemudian mewarnai kurikulum pendidikan anak. Salah satu tokoh yang
terkenal pada saat ini adalah Maria Montessori ia dilahirkan di Chiaravalle,
ancona, italia pada tahun 1870. Ia membuka sekolah di Roma Italia tahun 1907
yang di beri nama Casa Dei Bambini (rumah anak). Casa dei bambini atau children
house kemudian hari sangat di kenal dengan nama Montessori School (brewer
1995). Pengalamannya mendidik anak di tulis dalam sebuah buku yang berjudul “Scientific
Paedagogy as applied to child education in the childrens house”. Montessori
menggambarkan kodrat anak sebagai makhluk yang memiliki daya serap informasi
tinggi yang dikenal dengan teori the absorbent of mind (montessori 1984).
Menurut teori ini, anak memiliki daya serap yang tinggi terhadap informasi dari
lingkungannya yang dapat di alogikan sebagai daya serap kertas tisu terhadap
air. Menurut pada tahap awal anak terus menerus menyerap informasi dari
lingkungannya secara sadar dan tidak sadar.
Di
sekolah monetssori anak-anak dilatih untuk menguasai keterampilan yang akan di
capai seumur hidup (long-life skills). Keterampilan tersebut antara lain
meliputi mengancing baju, menali sepatu, memakai kaos kaki, menali sepatu dan
lain lain. Selain itu anak anak juga di latih membaca, menulis, dan aritmatik.
Benda-benda yang akan di gunakan untuk proses belajar mengajar diseleksi dengan
sebaik-baiknya. Di sekolah montessori, anak lebih banyak belajar secara
individual atau dalam kelompok kecil di banding belajar secara klasikal
(chattin, 1992). Kelompok ini biasanya anak dalam berbagai usia. Kurikulum
disusun berdasarkan kemampuan anak untuk memberi pengalaman belajar yang sesuai
dengan kebutuhan anak.
Jhon
dewey (1989-1952) dewey memandang bahwa pendidikan merupakan proses kehidupan
itu sendiri dan bukan semata-mata mempersiapkan anak untuk di masa yang akan
datang. Pendidikan merupakan proses berkonstruksi pengalaman yang tak pernah
berakhir. Oleh karena itu, sekolah sebaiknya memanifestasikan kehidupan itu
sendiri, sebagaimana kehidupan yang di alami anak di dalam keluarga dan
masyarakat.
Menurut
Dewey proses mendidik anak mencakup 2 hal psikologi dan sosiologi. Pendidikan
harus di mulai dari psikologi anak yang meliputi kapasitas, minat dan prilaku
anak. Salah satu yang demokratis yang mampu mengembangkan potensi psikis dan
sosiologi anak secara optimal. Setiap individu didalam kelas merupakan bagian
dari yang lain. Oleh karena itu, mempertimbangkan hak dan kepentingan orang
lain harus di perhatikan seimbang dengan hak dan kepentingan dirinya sendiri.
Pada
abad ini muncul pula tokoh pendidikan yang pemikirannya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan TK. Erikson, B.F Skinner dan Jean Piaget, Bloom
mengembangkan tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang bertahap. Skinner seorang behaviorist yang menelorkan
behavioral abjective atau perilaku yang dapat diamati untuk mengukur peroleh
hasil belajar. Piaget mengembangakn teori perkembangan anak baik aspek
intelektual maupun aspek moral.
Tujuan pendidikan anak usia dini
Pendidikan
anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole
child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai suatu
falsafah bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mengenal
dunia. Ia belum mengetahui tat krama, sopan santun, aturan, norma, etika dan
berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang
lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu di bimbing agar mampu dapodil.co.id
memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar
memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan untuk hidup dimasyarakat. Interaksi anak dengan benda dan engan
orang lain diperlukan untuk anak belajar agar anak mampu mengembangkan kepribadian,
watak dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk
menanamkan nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, norma sosial
yang berguna untuk kehidupannya dan strategi bagi pengembangan suatu bangsa.
Demikian
Artikel Terbaru Tentang Inilah Sejarah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Semoga
ada manfaatnya, terima kasih.
Jika
artikel ini kurang jelas dan mungkin masih ada pertanyaan, anda bisa tanyakan
pada kolom komentar yang tersedia di akhir postingan ini. Untuk dapat mengikuti
berita terbaru dan mendapatkan notifikasi silahkan follow
akun www.dapodik.co.id ini. Karena akan menyajikan berita terbaru dan
terpopuler di dunia pendidikan.
Posting Komentar untuk "Inilah Sejarah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)"
Gambar ataupun video yang ada di situs ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut.