Membentuk Guru Yang Berkualitas Dalam Kemandirian Masa Kini
DAPODIK.co.id - Membentuk Guru Yang Berkualitas Dalam Kemandirian Masa Kini. GURU yang profesional memiliki beberapa dimensi yakni; kemampuan / kreativitas, rasa tanggung jawab, komitmen, keterbukaan dan orientasi reward yang tinggi. Untuk membentuk dimensi-dimensi sebagaimana tersebut di atas, kemandirian gurulah sebagai hal yang harus dimunculkan lebih dahulu . Mengapa ?
Membentuk Guru Yang Berkualitas
Dalam Kemandirian Masa Kini
Menurut
Sudarsono, manusia itu pribadi , ia mandiri, memiliki akal budi, tahu apa yang
akan dilakukan dan mengapa ia melakukan. Kemudian dijabarkan sebagai
kemampuan untuk menegakkan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya,
mampu mengembangkan diri dan tampil sebagai
totalitas pribadi yang mantap dan harmonis, juga
memiliki pribadi yang utuh.
Kiranya
guru perlu mandiri terutama pada saat berdiri menghadapi peserta didik
yang beragam baik sifat maupun kemampuannya. Guru pun harus mampu menentukan
sesuatu yang menjadi ranah tanggung jawabnya. Penebaran nilai positif
yang dilakukan secara mandiri oleh guru kepada anak didiknya
akan menjadi modal kemandirian peserta didik dalam menghadapi dunia nyata
di kelak kemudian hari.
Guru
yang mandiri mampu mengembangkan kreativitas dalam mempersiapkan desain
pembelajarannya sebagaimana diungkapkan Shapero bahwa kemandirian sebagai
akibat dari standart kreativitas yang tinggi. Guru yang mandiri pada dasarnya
mampu tampil dalam segala cuaca , mampu mengambil sikap dalam situasi sekritis
apa pun maka menurut Elliot dan Jacobson dalam Mukhtar penampilan pribadi
yang merupakan factor bahwa seseorang memiliki sikap yang benar - benar mandiri
tidak sekedar berbasis pada peraturan yang telah berlaku.
Ketahuilah
bahwa Guru adalah orang yang sangat berperan dalam keseluruhan proses
belajar-mengajar di sekolah. Guru sangat diharapkan oleh peserta didik nya.
Berbagai tantangan pasti dihadapi oleh guru, sebab di satu sisi guru harus
tegas namun di sisi lain guru harus sabar, ramah, baik hati dan penuh
pengertian. Guru mampu memberikan tugas agar peserta didik terdorong
untuk mencapai tujuan. Guru harus mampu menegur , mengoreksi, dan memberi
penilaian yang objektif. Melihat tanggung jawab yang demikian beratnya, justru
guru memang harus tampil profesional. Oleh Ballantine dijabarkan bahwa
guru harus memiliki profesionalitas yang tinggi. Artinya, guru harus
memiliki kemampuan intelektual, komitmen kuat, tanggung jawab dan mampu
memberikan servis yang baik kepada pelanggan.
Denga
dikaitkan dengan kepemilikan yang harus ada pada seorang guru berarti: Pertama,
guru harus memiliki kepribadian yang bernilai sebagai pedoman hidup
dan nilai kehidupan yang meliputi sifat pribadinya yang harus baik. Artinya
dapat dipercaya dan dijadikan panutan oleh peserta didik nya. Segala
gerak langkah seorang guru akan dinilai oleh lingkungan terutama
siswa-siswinya. Tentang kedisiplinan , tanggung jawab, sikap, kecerdasan
dan tutur katanya sangat diperhatikan oleh anak didiknya.
Walau
demikian seorang guru juga memikirkan bagaimana penampilan di depan
peserta didik agar tidak terjadi kebosanan dan sikap kemasabodohan pada peserta
didik berkembang. Guru harus dapat tampil luwes, dapat menyelami pikiran dan
perasaan peserta didik, suka humor yang ringan-ringan, peka, adil terhadap
semua peserta didik dan tanggap terhadap situasi.
Kedua, guru
harus memiliki tanggung jawab untuk bertindak. Pembuatan seperangkat
administrasi pembelajaran merupakan tanggung jawab guru yang mesti dilakukan.
Sekali pun guru memiliki tanggung jawab untuk bertindak yang
berarti terkandung suatu kebebasan akan tetapi nilai-nilai kehidupan
tetap melekat erat pada diri seorang guru. Sehingga tuntutan tugas dari
pengabdian seorang guru sering berlawanan. Misalnya, dalam bekerja
hendaknya santai namun harus selesai dan tuntas, antara konflik pribadi
namun tetap harus rukun baik dengan peserta didik, rekan seprofesi
maupun terhadap atasan, dan bebas dalam menentukan langkah namun penuh
tanggung jawab.
Ketiga, guru
harus memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja. Dalam melaksanakan panggilan
jiwanya sebagai pendidik, guru memang harus rela berkorban demi kemajuan dan
peradaban siswanya. Apabila guru bekerja hanya semata-mata mengharapkan
adanya penghasilan ( reward ) maka segala gerak dan langkahnya akan
diperhitungkan berdasarkan pendapatan yang akan diterimanya.
Akibat
dari guru yang demikian ini peserta didik akan terbengkelai, tidak melakukan
proses pembelajaran yang memadai. Sebaliknya, guru yang diharapkan
adalah guru yang dalam melakukan tugasnya didasarkan atas
motivasi yang tinggi, ikhlas mengabdi, semangat yang tinggi dan mandiri. Guru
yang demikian inilah sesungguhnya guru ideal.
Keempat, guru
harus memilki jiwa pendidik dan membekali diri sebagai guru yang
terdidik. Artinya memahami bahwa melaksanakan tugas sebagai guru
mengandung tantangan yang tidak sederhana. Di satu sisi harus
menerima peserta didik apa adanya di sisi lain harus mampu
menyelami alam pikiran peserta didik.
Guru
hendaknya sanggup bersikap empatik, pencetus ide, menuntun dan memberikan
semangat kepada peserta didik untuk berkembang lebih jauh melakukan
sesuatu yang baru dan memberikan semangat kepada setiap peserta didik tanpa
terpaku pada tarap kemampuan intelektual atau tingkat motivasi
belajarnya. Guru yang mandiri akan tampil menyenangkan peserta
didik karena ia kreatif dalam mencetuskan ide-ide baru.
Di
samping itu jiwa pendidik lainnya adalah sebagai evaluator, mampu memberikan
hukuman yang mendidik dan memberikan pujian yang menyemangatkan peserta didik.
Hukuman diberikan supaya peserta didik menghilangkan apa yang salah sedangkan
pujian diberikan supaya peserta didik mengulang kembali apa yang tepat.
Jiwa disiplin dalam kelas juga harus dijaga. Maka guru yang baik
pasti melakukan hal ini dengan tujuan menciptakan suasana aman yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar.
Kelima, guru
harus memiliki ilmu kependidikan. Dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam
belajar, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kepiawaian
seorang tenaga pengajar. Efektivitas guru dan cara guru menopang usaha belajar
siswa inilah yang diharapkan tampak pada peserta didik.
Menurut
Winkel, ada korelasi positif antara tenaga pengajar dengan keberhasilan peserta
didik dalam belajar antar lain : 1) kejelasan dalam mendampingi dan mengatur
tugas belajar, 2) variasi dalam penggunaan prosedur didaktif, 3)
menunjukkan antusiasme dalam cara berbicara dan bergerak , 4) perilaku yang
membuat peserta didik berkonsentrasi pada tugas belajar yang dihadapi,
dan 5) menyelesaikan semua materi kajian yang nantinya akan menjadi bahan
ujian dalam tes.
Ketrampilan
didaktis yang dimiliki guru tercermin pada kreativitas pengajarannya .
Kreativitas pengajaran sendiri tergantung dari cara guru menyajikan materi,
cara guru memberikan pujian, cara guru mengaktifkan peserta didik
agar merasa terlibat dalam proses belajar dan cara guru
memberikan informasi kepada peserta didik.
Hal-hal
yang berkaitan dengan ketrampilan didaktis di atas kecuali harus
dimengerti dan dipahami oleh seorang guru yang terpenting harus diterapkan di
dalam proses pembelajaran di sekolah. Apa artinya dimengerti dan dipahami
apabila tidak dilaksanakannya ? Nah, untuk guru yang ideal, guru
yang mandiri dan profesional tentu memegang teguh bahwa proses
pembelajaran di kelas menjadi inti pokok tugas seorang guru dari
sekian deret tugas yang harus dilakukannya.
Demikian
Artikel Terbaru Tentang Membentuk Guru Yang Berkualitas Dalam Kemandirian Masa
Kini. Semoga ada manfaatnya, terima kasih.
Jika
artikel ini kurang jelas dan mungkin masih ada pertanyaan, anda bisa tanyakan
pada kolom komentar yang tersedia di akhir postingan ini. Untuk dapat mengikuti
berita terbaru dan mendapatkan notifikasi silahkan follow akun www.dapodik.co.id ini.
Karena akan menyajikan berita terbaru dan terpopuler di dunia pendidikan.
Posting Komentar untuk "Membentuk Guru Yang Berkualitas Dalam Kemandirian Masa Kini"
Gambar ataupun video yang ada di situs ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut.